/ Oct 03, 2025
Trending
HUKUM karma dalam ajaran Islam bermakna reaksi dari amalan-amalan baik dan buruk manusia. Menurut Islam, reaksi dan hasil sebagian perbuatan manusia akan nampak terlihat di dunia ini berupa efek wadh’i amalan-amalan dan kembali kepada manusia itu sendiri.
Karena itu, apabila amalan-amalan ini, baik dan terpuji maka ia akan memiliki efek-efek wadh’i yang baik; sebagai contoh apabila seseorang bersilaturahmi atau berbuat baik kepada kedua ayah dan ibu maka usianya akan bertambah.[1] Dan apabila amalan-amalan buruk dan tercela maka efek wadh’i-nya juga akan buruk dan akan membuat manusia menderita; seperti seseorang yang melakukan perbuatan zina maka rezekinya akan berkurang atau seseorang yang membunuh ayahnya, bahkan sekiranya ia tidak diqisas usianya akan berkurang.[2]
Adapun karma dalam agama-agama non Ilahi dan selain agama Islam, merupakan salah satu keyakinan agama-agama Hindu, Budha dan agama-agama Asia Tenggara yang bermakna reinkarnasi dan gambaran dari reinkarnasi yang tentu saja tertolak dalam Islam.
Karma (bahasa Sanskerta: Karma, karma, (Karman; ”bertindak, tindakan, kinerja”); (Pali: kamma) adalah konsep “aksi” atau “perbuatan” yang dalam agama India dipahami sebagai sesuatu yang menyebabkan seluruh siklus kausalitas (yaitu, siklus yang disebut “samsara”). Konsep ini berasal dari India kuno dan dijaga kelestariannya di filsafat Hindu, Jain, Sikh, dan Buddhisme.
Dalam konsep “karma”, semua yang dialami manusia adalah hasil dari tindakan kehidupan masa lalu dan sekarang. Efek karma dari semua perbuatan dipandang sebagai aktif membentuk masa lalu, sekarang, dan pengalaman masa depan. Hasil atau ‘buah’ dari tindakan disebut karma-phala.
Karena pengertian karma adalah pengumpulan efek-efek (akibat) tindakan/perilaku/sikap dari kehidupan yang lampau dan yang menentukan nasib saat ini, maka karma berkaitan erat dengan kelahiran kembali (reinkarnasi). Segala tindakan/perilaku/sikap baik maupun buruk seseorang saat ini juga akan membentuk karma seseorang di kehidupan berikutnya. [iQuest]
HUKUM karma dalam ajaran Islam bermakna reaksi dari amalan-amalan baik dan buruk manusia. Menurut Islam, reaksi dan hasil sebagian perbuatan manusia akan nampak terlihat di dunia ini berupa efek wadh’i amalan-amalan dan kembali kepada manusia itu sendiri.
Karena itu, apabila amalan-amalan ini, baik dan terpuji maka ia akan memiliki efek-efek wadh’i yang baik; sebagai contoh apabila seseorang bersilaturahmi atau berbuat baik kepada kedua ayah dan ibu maka usianya akan bertambah.[1] Dan apabila amalan-amalan buruk dan tercela maka efek wadh’i-nya juga akan buruk dan akan membuat manusia menderita; seperti seseorang yang melakukan perbuatan zina maka rezekinya akan berkurang atau seseorang yang membunuh ayahnya, bahkan sekiranya ia tidak diqisas usianya akan berkurang.[2]
Adapun karma dalam agama-agama non Ilahi dan selain agama Islam, merupakan salah satu keyakinan agama-agama Hindu, Budha dan agama-agama Asia Tenggara yang bermakna reinkarnasi dan gambaran dari reinkarnasi yang tentu saja tertolak dalam Islam.
Karma (bahasa Sanskerta: Karma, karma, (Karman; ”bertindak, tindakan, kinerja”); (Pali: kamma) adalah konsep “aksi” atau “perbuatan” yang dalam agama India dipahami sebagai sesuatu yang menyebabkan seluruh siklus kausalitas (yaitu, siklus yang disebut “samsara”). Konsep ini berasal dari India kuno dan dijaga kelestariannya di filsafat Hindu, Jain, Sikh, dan Buddhisme.
Dalam konsep “karma”, semua yang dialami manusia adalah hasil dari tindakan kehidupan masa lalu dan sekarang. Efek karma dari semua perbuatan dipandang sebagai aktif membentuk masa lalu, sekarang, dan pengalaman masa depan. Hasil atau ‘buah’ dari tindakan disebut karma-phala.
Karena pengertian karma adalah pengumpulan efek-efek (akibat) tindakan/perilaku/sikap dari kehidupan yang lampau dan yang menentukan nasib saat ini, maka karma berkaitan erat dengan kelahiran kembali (reinkarnasi). Segala tindakan/perilaku/sikap baik maupun buruk seseorang saat ini juga akan membentuk karma seseorang di kehidupan berikutnya. [iQuest]
It is a long established fact that a reader will be distracted by the readable content of a page when looking at its layout. The point of using Lorem Ipsum is that it has a more-or-less normal distribution of letters, as opposed to using ‘Content here, content here’, making it look like readable English. Many desktop publishing packages and web page editors now use Lorem Ipsum as their default model text, and a search for ‘lorem ipsum’ will uncover many web sites still in their infancy.
It is a long established fact that a reader will be distracted by the readable content of a page when looking at its layout. The point of using Lorem Ipsum is that it has a more-or-less normal distribution of letters, as opposed to using ‘Content here, content here’, making it look like readable English. Many desktop publishing packages and web page editors now use Lorem Ipsum as their default model text, and a search for ‘lorem ipsum’ will uncover many web sites still in their infancy.
The point of using Lorem Ipsum is that it has a more-or-less normal distribution of letters, as opposed to using ‘Content here, content here’, making
The point of using Lorem Ipsum is that it has a more-or-less normal distribution of letters, as opposed to using ‘Content here, content here’, making it look like readable English. Many desktop publishing packages and web page editors now use Lorem Ipsum as their default model text, and a search for ‘lorem ipsum’ will uncover many web sites still in their infancy.
Sang Pembelajar
It is a long established fact that a reader will be distracted by the readable content of a page when looking at its layout. The point of using Lorem Ipsum is that it has a more-or-less normal distribution
Copyright BlazeThemes. 2023