/ Jul 07, 2025
Trending
[ad_1]
Pohon Kelor (Moringa oleifera) adalah pohon yang memiliki daun-daun yang kecil. Oleh karenanya sering kali kita mendengar ungkapan “dunia tidak selebar daun Kelor”, yang mengungkapkan bahwa dunia tidak kecil.
Kita juga sering mendengar bahwa daun Kelor dijadikan sebagai “alat” untuk “mematikan” orang yang mempunyai “kesaktian”. The Gurdian, dalam laporannya pernah menyebut tanaman ini sebagai “miracle tree” alias “pohon ajaib”.
“Pohon Kelor seluruh bagiannya bisa dimakan, mulai dari akar sampai kulit kayunya, tumbuh dengan cepat dan tahan kekeringan, dengan benih yang dapat menjernihkan air, ini adalah sumber berharga di banyak tempat, yang oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB disebut sebagai ‘hasil panen bulan ini’,” tulisnya.
Seperti apa sih tanaman Kelor, mungkin di antara kita banyak yang belum mengenalnya. Tanaman bernama latin Moringa oleifera ini tergolong tanaman tahunan yang biasanya tumbuh liar.
Tumbuhan Kelor diduga asli dari kawasan barat pegunungan Himalaya dan wilayah India, kemudian menyebar hingga ke benua Afrika dan ke Asia-Barat.
Di Jawa, Kelor biasa tumbuh sampai pada ketinggian 300 meter di atas permukaan laut. Tanaman ini sanggup tumbuh di kawasan tropik yang lembap juga di daerah panas, bahkan tanah kering, karena tidak rakus “makan” pupuk (unsur hara).
Karenanya, Kelor cocok sebagai tanaman “pioneer” untuk penghijauan dan pemulihan tanah gersang. Di lahan kebun, tanaman Kelor biasa digunakan sebagai pagar hidup.
Sosok batang pokoknya tidak lurus betul, melainkan sedikit membengkok dan bercabang, dan ini bermanfaat sebagai pohon pendukung untuk tanaman merambat, seperti sirih atau lada.
Cara menanamnya sangat mudah, hanya dengan menancapkan setekan batang atau menyemai bijinya yang sudah tua, akan tumbuh tanaman baru. Kelor tergolong cepat besar alias bongsor. Tingginya bisa mencapai 3 meter. Bila dibiarkan bisa mencapai 8 – 12 meter.
Tanaman multifungsi
Hampir setiap bagian dari tanaman Kelor dapat dimanfaatkan, termasuk akarnya. Bisa sebagai bahan kertas, bahan kosmetik, bahan minyak pelumas, obat tradisional, dan sebagai sumber pangan.
Bunga Kelor pun dapat dimasak, selain menyediakan nektar bagi lebah madu. Di masyarakat kita, daun, bunga, dan buah Kelor muda biasanya dimasak sayur bobor atau sayur bening. Rasanya? Sedap, meski ada sedikit rasa pahitnya.
Di India, buah Kelor sering dimasak menjadi sejenis kari dan diawetkan dalam kaleng untuk dijual di supermarket.
Menurut laporan Michael D. Benge, dari Badan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi AS, di Washington DC, tahun 1987, daun Kelor memiliki kadar vitamin A dan C yang cukup tinggi.
Selain itu, daun Kelor juga dikenal kaya kalsium (Ca) dan zat besi (Fe). Juga sumber fosfor yang baik. Buah mudanya berkadar air tinggi dan kandungan proteinnya tinggi.
Meskipun daun Kelor mengandung zat besi tingkat tinggi, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Federation of American Societies for Experimental Biology menemukan bahwa bioavailabilitasnya (jumlah yang memasuki sirkulasi tubuh) sangat rendah.
Sebenarnya, kandungan asam phytic-nya “nampaknya sangat menghambat penyerapan zat besi yang ada pada komponen makanan lainnya”. Dari jurnal tersebut juga dikatakan bahwa kualitas anti-inflamasi dari ekstrak daun Kelor, mungkin lebih manjur daripada madu dan kunyit.
Biji buahnya yang tua dan kering menyimpan kadar minyak (lemak) nabati 25 – 40%. Komposisi asam lemaknya meliputi, asam oleat, asam linoleat, asam eiokosanoat, asam palmitat, asam stearat, asam arakhidat, dan lainnya.
Kalau daun dan buah mudanya dapat langsung disayur, biji Kelor tua bisa untuk bahan baku pembuatan obat dan kosmetika. Minyak pelumas yang digunakan oleh tukang arloji pun bisa diproduksi dari biji Kelor.
Malahan, kalangan masyarakat tertentu memanfaatkan daun Kelor untuk mengobati mata ayam yang terluka sehabis bertarung.
Satu-dua tetes getah Kelor dapat digunakan untuk mempercepat penyembuhan lukanya.
Bahkan, mata kambing yang belekan dan rabun pun bisa normal setelah ditetesi getah Kelor yang berwarna kuning itu.
Bukan hal baru bila daun Kelor dimanfaatkan sebagai tanaman obat, seperti berikut ini pemanfaatannya.
Menjernihkan air
Seperti pernah dipublikasikan New Scientist (Desember 1983), biji Kelor digunakan untuk menjernihkan air sungai keruh berlumpur di Sudan dan Peru. Biji Kelor juga memiliki kemampuan antibakteri.
Bahkan Jurusan Teknik Lingkungan ITB dan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman di Samarinda pun menggunakannya untuk menjernihkan air permukaan, seperti di sungai, danau atau kolam.
Biji Kelor juga dimanfaatkan sebagai bahan koagulan (bioflokulan) dalam proses pengolahan limbah cair dari pabrik tekstil.
Hal ini dapat dilakukan karena biji Kelor mengandung zat aktif bernama rhamnosyloxy-benzilisothiocyanate.
Zat tersebut mampu mengabsorbsi dan menetralisir partikel-partikel lumpur serta logam dalam air limbah atau air keruh.
Sekalipun air keruh kecokelatan penuh partikel lumpur bisa menjadi jernih dan layak dikonsumsi berkat biji Kelor. Meski aroma khas Kelor masih terasa.
Namun, dengan menambahkan butiran arang (sebaiknya dibungkus kain supaya tidak bertebaran) ke dalam bak penampungan air akan menyerap aroma langu Kelor.
Menangkal ‘black magic’
Di sebagian kalangan masyarakat di dunia khususnya di Asia, Afrika dan Amerika Selatan, istilah “dukun” masih dikenal sebagai “ahli” dibidang klenik dalam hal mistis.
Di Indonesia pun masih ada, dan tanaman Kelor sering digunakan juga sebagai campuran air untuk memandikan jenazah disamping daun Bidara. Hal ini dimaksudkan untuk membuang ajimat yang masih melekat pada jasadnya.
Manfaat lain dari tanaman Kelor, masih menurut kepercayaan tertentu, bisa sebagai penangkal kekuatan magis, ilmu hitam atau guna-guna, serta sebagai ajimat kesaktian.
Caranya, cukup dengan mengibas-ibaskan setangkai daun Kelor ke bagian muka korban. Atau air rendaman Kelor disiramkan ke sekujur tubuhnya.
Dengan cara itu sebagian masyarakat percaya bahwa “ilmu” yang ada padanya akan luntur oleh kibasan daun atau rendaman dari daun Kelor.
Konon, bersama bahan-bahan lain, seperti pala, bawang merah, bawang putih, dan lainnya, Kelor bisa dibuat bedak pupuk untuk sarana mengobati orang kurang waras, termasuk orang yang kesurupan akan kembali “waras”. Jika Anda tidak percaya? Ya boleh-boleh saja. (IndoCropCircles.com)
Pustaka:
Artikel Lainnya:
Inilah 8 Tumbuhan-Tumbuhan Unik Dunia Yang Mempesona
Inilah “Ayahuasca”, Tanaman Hutan Amazon Yang Mampu Bunuh Kanker!
Terungkap! Kekuatan ‘Mistis’ Tumbuhan Binahong Penyembuh Luka
Buah Ciplukan Pernah Menyelamatkan Prajurit Romawi
Buku Medis Tua 1765: “Biji Makasar” Obat Kanker, Parasit, Disentri dan Malaria
Buah Sirsak, Pembunuh Kanker Yang Khasiatnya Disembunyikan Pabrik Obat
[Sejarah Ganja Illegal] Peneliti: Ganja Obat Mujarab Sejak Ribuan Tahun
Heboh Pil Kontrasepsi Pria Ditemukan Ilmuwan Indonesia, Perusahaan Farmasi Besar “Ngiler”
Menakjubkan, Pohon Eucalyptus Miliki Kandungan Emas Di Daunnya
Bahaya GMO Picu Kanker: Indonesia Harus Cegah! Tanaman Trans Genetik Membahayakan Kesehatan
Fakta Ganja: Obat Kanker Masa Depan!
Ditemukan: Inilah Siput Pertama Berbadan Setengah Flora Setengah Fauna!
((( IndoCropCircles.com | fb.com/IndoCropCirclesOfficial )))
[ad_2]
Source link
[ad_1]
Pohon Kelor (Moringa oleifera) adalah pohon yang memiliki daun-daun yang kecil. Oleh karenanya sering kali kita mendengar ungkapan “dunia tidak selebar daun Kelor”, yang mengungkapkan bahwa dunia tidak kecil.
Kita juga sering mendengar bahwa daun Kelor dijadikan sebagai “alat” untuk “mematikan” orang yang mempunyai “kesaktian”. The Gurdian, dalam laporannya pernah menyebut tanaman ini sebagai “miracle tree” alias “pohon ajaib”.
“Pohon Kelor seluruh bagiannya bisa dimakan, mulai dari akar sampai kulit kayunya, tumbuh dengan cepat dan tahan kekeringan, dengan benih yang dapat menjernihkan air, ini adalah sumber berharga di banyak tempat, yang oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB disebut sebagai ‘hasil panen bulan ini’,” tulisnya.
Seperti apa sih tanaman Kelor, mungkin di antara kita banyak yang belum mengenalnya. Tanaman bernama latin Moringa oleifera ini tergolong tanaman tahunan yang biasanya tumbuh liar.
Tumbuhan Kelor diduga asli dari kawasan barat pegunungan Himalaya dan wilayah India, kemudian menyebar hingga ke benua Afrika dan ke Asia-Barat.
Di Jawa, Kelor biasa tumbuh sampai pada ketinggian 300 meter di atas permukaan laut. Tanaman ini sanggup tumbuh di kawasan tropik yang lembap juga di daerah panas, bahkan tanah kering, karena tidak rakus “makan” pupuk (unsur hara).
Karenanya, Kelor cocok sebagai tanaman “pioneer” untuk penghijauan dan pemulihan tanah gersang. Di lahan kebun, tanaman Kelor biasa digunakan sebagai pagar hidup.
Sosok batang pokoknya tidak lurus betul, melainkan sedikit membengkok dan bercabang, dan ini bermanfaat sebagai pohon pendukung untuk tanaman merambat, seperti sirih atau lada.
Cara menanamnya sangat mudah, hanya dengan menancapkan setekan batang atau menyemai bijinya yang sudah tua, akan tumbuh tanaman baru. Kelor tergolong cepat besar alias bongsor. Tingginya bisa mencapai 3 meter. Bila dibiarkan bisa mencapai 8 – 12 meter.
Tanaman multifungsi
Hampir setiap bagian dari tanaman Kelor dapat dimanfaatkan, termasuk akarnya. Bisa sebagai bahan kertas, bahan kosmetik, bahan minyak pelumas, obat tradisional, dan sebagai sumber pangan.
Bunga Kelor pun dapat dimasak, selain menyediakan nektar bagi lebah madu. Di masyarakat kita, daun, bunga, dan buah Kelor muda biasanya dimasak sayur bobor atau sayur bening. Rasanya? Sedap, meski ada sedikit rasa pahitnya.
Di India, buah Kelor sering dimasak menjadi sejenis kari dan diawetkan dalam kaleng untuk dijual di supermarket.
Menurut laporan Michael D. Benge, dari Badan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi AS, di Washington DC, tahun 1987, daun Kelor memiliki kadar vitamin A dan C yang cukup tinggi.
Selain itu, daun Kelor juga dikenal kaya kalsium (Ca) dan zat besi (Fe). Juga sumber fosfor yang baik. Buah mudanya berkadar air tinggi dan kandungan proteinnya tinggi.
Meskipun daun Kelor mengandung zat besi tingkat tinggi, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Federation of American Societies for Experimental Biology menemukan bahwa bioavailabilitasnya (jumlah yang memasuki sirkulasi tubuh) sangat rendah.
Sebenarnya, kandungan asam phytic-nya “nampaknya sangat menghambat penyerapan zat besi yang ada pada komponen makanan lainnya”. Dari jurnal tersebut juga dikatakan bahwa kualitas anti-inflamasi dari ekstrak daun Kelor, mungkin lebih manjur daripada madu dan kunyit.
Biji buahnya yang tua dan kering menyimpan kadar minyak (lemak) nabati 25 – 40%. Komposisi asam lemaknya meliputi, asam oleat, asam linoleat, asam eiokosanoat, asam palmitat, asam stearat, asam arakhidat, dan lainnya.
Kalau daun dan buah mudanya dapat langsung disayur, biji Kelor tua bisa untuk bahan baku pembuatan obat dan kosmetika. Minyak pelumas yang digunakan oleh tukang arloji pun bisa diproduksi dari biji Kelor.
Malahan, kalangan masyarakat tertentu memanfaatkan daun Kelor untuk mengobati mata ayam yang terluka sehabis bertarung.
Satu-dua tetes getah Kelor dapat digunakan untuk mempercepat penyembuhan lukanya.
Bahkan, mata kambing yang belekan dan rabun pun bisa normal setelah ditetesi getah Kelor yang berwarna kuning itu.
Bukan hal baru bila daun Kelor dimanfaatkan sebagai tanaman obat, seperti berikut ini pemanfaatannya.
Menjernihkan air
Seperti pernah dipublikasikan New Scientist (Desember 1983), biji Kelor digunakan untuk menjernihkan air sungai keruh berlumpur di Sudan dan Peru. Biji Kelor juga memiliki kemampuan antibakteri.
Bahkan Jurusan Teknik Lingkungan ITB dan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman di Samarinda pun menggunakannya untuk menjernihkan air permukaan, seperti di sungai, danau atau kolam.
Biji Kelor juga dimanfaatkan sebagai bahan koagulan (bioflokulan) dalam proses pengolahan limbah cair dari pabrik tekstil.
Hal ini dapat dilakukan karena biji Kelor mengandung zat aktif bernama rhamnosyloxy-benzilisothiocyanate.
Zat tersebut mampu mengabsorbsi dan menetralisir partikel-partikel lumpur serta logam dalam air limbah atau air keruh.
Sekalipun air keruh kecokelatan penuh partikel lumpur bisa menjadi jernih dan layak dikonsumsi berkat biji Kelor. Meski aroma khas Kelor masih terasa.
Namun, dengan menambahkan butiran arang (sebaiknya dibungkus kain supaya tidak bertebaran) ke dalam bak penampungan air akan menyerap aroma langu Kelor.
Menangkal ‘black magic’
Di sebagian kalangan masyarakat di dunia khususnya di Asia, Afrika dan Amerika Selatan, istilah “dukun” masih dikenal sebagai “ahli” dibidang klenik dalam hal mistis.
Di Indonesia pun masih ada, dan tanaman Kelor sering digunakan juga sebagai campuran air untuk memandikan jenazah disamping daun Bidara. Hal ini dimaksudkan untuk membuang ajimat yang masih melekat pada jasadnya.
Manfaat lain dari tanaman Kelor, masih menurut kepercayaan tertentu, bisa sebagai penangkal kekuatan magis, ilmu hitam atau guna-guna, serta sebagai ajimat kesaktian.
Caranya, cukup dengan mengibas-ibaskan setangkai daun Kelor ke bagian muka korban. Atau air rendaman Kelor disiramkan ke sekujur tubuhnya.
Dengan cara itu sebagian masyarakat percaya bahwa “ilmu” yang ada padanya akan luntur oleh kibasan daun atau rendaman dari daun Kelor.
Konon, bersama bahan-bahan lain, seperti pala, bawang merah, bawang putih, dan lainnya, Kelor bisa dibuat bedak pupuk untuk sarana mengobati orang kurang waras, termasuk orang yang kesurupan akan kembali “waras”. Jika Anda tidak percaya? Ya boleh-boleh saja. (IndoCropCircles.com)
Pustaka:
Artikel Lainnya:
Inilah 8 Tumbuhan-Tumbuhan Unik Dunia Yang Mempesona
Inilah “Ayahuasca”, Tanaman Hutan Amazon Yang Mampu Bunuh Kanker!
Terungkap! Kekuatan ‘Mistis’ Tumbuhan Binahong Penyembuh Luka
Buah Ciplukan Pernah Menyelamatkan Prajurit Romawi
Buku Medis Tua 1765: “Biji Makasar” Obat Kanker, Parasit, Disentri dan Malaria
Buah Sirsak, Pembunuh Kanker Yang Khasiatnya Disembunyikan Pabrik Obat
[Sejarah Ganja Illegal] Peneliti: Ganja Obat Mujarab Sejak Ribuan Tahun
Heboh Pil Kontrasepsi Pria Ditemukan Ilmuwan Indonesia, Perusahaan Farmasi Besar “Ngiler”
Menakjubkan, Pohon Eucalyptus Miliki Kandungan Emas Di Daunnya
Bahaya GMO Picu Kanker: Indonesia Harus Cegah! Tanaman Trans Genetik Membahayakan Kesehatan
Fakta Ganja: Obat Kanker Masa Depan!
Ditemukan: Inilah Siput Pertama Berbadan Setengah Flora Setengah Fauna!
((( IndoCropCircles.com | fb.com/IndoCropCirclesOfficial )))
[ad_2]
Source link
It is a long established fact that a reader will be distracted by the readable content of a page when looking at its layout. The point of using Lorem Ipsum is that it has a more-or-less normal distribution of letters, as opposed to using ‘Content here, content here’, making it look like readable English. Many desktop publishing packages and web page editors now use Lorem Ipsum as their default model text, and a search for ‘lorem ipsum’ will uncover many web sites still in their infancy.
It is a long established fact that a reader will be distracted by the readable content of a page when looking at its layout. The point of using Lorem Ipsum is that it has a more-or-less normal distribution of letters, as opposed to using ‘Content here, content here’, making it look like readable English. Many desktop publishing packages and web page editors now use Lorem Ipsum as their default model text, and a search for ‘lorem ipsum’ will uncover many web sites still in their infancy.
The point of using Lorem Ipsum is that it has a more-or-less normal distribution of letters, as opposed to using ‘Content here, content here’, making
The point of using Lorem Ipsum is that it has a more-or-less normal distribution of letters, as opposed to using ‘Content here, content here’, making it look like readable English. Many desktop publishing packages and web page editors now use Lorem Ipsum as their default model text, and a search for ‘lorem ipsum’ will uncover many web sites still in their infancy.
Sang Pembelajar
It is a long established fact that a reader will be distracted by the readable content of a page when looking at its layout. The point of using Lorem Ipsum is that it has a more-or-less normal distribution
Copyright BlazeThemes. 2023