Misteri Liontin Purba 22.000 tahun dari Sulawesi

Baru-baru ini, tim peneliti arkeologi dari Griffith University Australia, menemukan artefak berupa perhiasan dan karya seni yang berasal dari zaman es di sebuah gua di Indonesia.

Temuan ini menguatkan hipotesis yang menjelaskan bahwa manusia pra-sejarah yang pernah menetap di Tanah Air pada masa lalu, telah memiliki peradaban yang lebih maju.


Liontin Purba dari Sulawesi

Tim arkelog yang dipimpin oleh Adam Brumm ini, menemukan artefak tersebut pada salah satu pulau di kluster kepulauan Wallace (atau Wallacea), yang didalamnya mencakup wilayah Papua dan Sulawesi. Artefak yang berupa liontin dan manik-manik dibuat dari tulang-belulang babirusa dan kuskus, dan diperkirakan telah berusia sekitar 22.000 tahun.

Temuan ini berhasil diperoleh setelah melakukan penggalian arkeologi antara tahun 2013, 2015 dan 2017, tepatnya didapatkan dari Gua Leang Bulu Bettue di Sulawesi. Jenis artefak tersebut berbentuk manik-manik pipih yang dibuat dari gigi babirusa dan liontin dari tulang jari kuskus, yang merupakan hewan-hewan eksotis (hanya ditemukan pada kluster Wallacea).


Temuan terbaru itu, menurut Brumm, dapat mendobrak hipotesis yang menganggap kebudayaan manusia pra-sejarah Pleistosen di Wallacea cenderung primitif serta jauh tertinggal jika dibandingkan dengan kebudayaan manusia pra-sejarah Pleistosen di Eropa.

Kebudayaan manusia Wallacea dinilai memiliki hubungan eksotis dengan hewan-hewan endemik disekitarnya, seperti kuskus dan babirusa. Hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan bagian tubuh hewan-hewan itu menjadi karya seni dan perhiasan.

sumber :
1. tempo.co
2. kompas.com
3. liputan6.com
4. livescience.com

WaLlahu a’lamu bishshawab

Artikel Sejarah Nusantara :
1. Teori Migrasi Manusia, menjawab asal usul Bangsa Melayu?
2. Identifikasi Zealandia, Legenda Benua MU dan Mitologi Garuda ?
3. [Misteri] asal muasal Bangsa Jawa, menurut Legenda dan Catatan Sejarah ?
4. Misteri Kaghati, Layangan Purba 9000 SM dari Pulau Muna Sulawesi Tenggara ?

Source link

Baru-baru ini, tim peneliti arkeologi dari Griffith University Australia, menemukan artefak berupa perhiasan dan karya seni yang berasal dari zaman es di sebuah gua di Indonesia.

Temuan ini menguatkan hipotesis yang menjelaskan bahwa manusia pra-sejarah yang pernah menetap di Tanah Air pada masa lalu, telah memiliki peradaban yang lebih maju.


Liontin Purba dari Sulawesi

Tim arkelog yang dipimpin oleh Adam Brumm ini, menemukan artefak tersebut pada salah satu pulau di kluster kepulauan Wallace (atau Wallacea), yang didalamnya mencakup wilayah Papua dan Sulawesi. Artefak yang berupa liontin dan manik-manik dibuat dari tulang-belulang babirusa dan kuskus, dan diperkirakan telah berusia sekitar 22.000 tahun.

Temuan ini berhasil diperoleh setelah melakukan penggalian arkeologi antara tahun 2013, 2015 dan 2017, tepatnya didapatkan dari Gua Leang Bulu Bettue di Sulawesi. Jenis artefak tersebut berbentuk manik-manik pipih yang dibuat dari gigi babirusa dan liontin dari tulang jari kuskus, yang merupakan hewan-hewan eksotis (hanya ditemukan pada kluster Wallacea).


Temuan terbaru itu, menurut Brumm, dapat mendobrak hipotesis yang menganggap kebudayaan manusia pra-sejarah Pleistosen di Wallacea cenderung primitif serta jauh tertinggal jika dibandingkan dengan kebudayaan manusia pra-sejarah Pleistosen di Eropa.

Kebudayaan manusia Wallacea dinilai memiliki hubungan eksotis dengan hewan-hewan endemik disekitarnya, seperti kuskus dan babirusa. Hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan bagian tubuh hewan-hewan itu menjadi karya seni dan perhiasan.

sumber :
1. tempo.co
2. kompas.com
3. liputan6.com
4. livescience.com

WaLlahu a’lamu bishshawab

Artikel Sejarah Nusantara :
1. Teori Migrasi Manusia, menjawab asal usul Bangsa Melayu?
2. Identifikasi Zealandia, Legenda Benua MU dan Mitologi Garuda ?
3. [Misteri] asal muasal Bangsa Jawa, menurut Legenda dan Catatan Sejarah ?
4. Misteri Kaghati, Layangan Purba 9000 SM dari Pulau Muna Sulawesi Tenggara ?

Source link

It is a long established fact that a reader will be distracted by the readable content of a page when looking at its layout. The point of using Lorem Ipsum is that it has a more-or-less normal distribution of letters, as opposed to using ‘Content here, content here’, making it look like readable English. Many desktop publishing packages and web page editors now use Lorem Ipsum as their default model text, and a search for ‘lorem ipsum’ will uncover many web sites still in their infancy.

It is a long established fact that a reader will be distracted by the readable content of a page when looking at its layout. The point of using Lorem Ipsum is that it has a more-or-less normal distribution of letters, as opposed to using ‘Content here, content here’, making it look like readable English. Many desktop publishing packages and web page editors now use Lorem Ipsum as their default model text, and a search for ‘lorem ipsum’ will uncover many web sites still in their infancy.

The point of using Lorem Ipsum is that it has a more-or-less normal distribution of letters, as opposed to using ‘Content here, content here’, making

The point of using Lorem Ipsum is that it has a more-or-less normal distribution of letters, as opposed to using ‘Content here, content here’, making it look like readable English. Many desktop publishing packages and web page editors now use Lorem Ipsum as their default model text, and a search for ‘lorem ipsum’ will uncover many web sites still in their infancy.

Fajar Nur Zaman

Sang Pembelajar

RECENT POSTS

CATEGORIES

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

SUBSCRIBE US

It is a long established fact that a reader will be distracted by the readable content of a page when looking at its layout. The point of using Lorem Ipsum is that it has a more-or-less normal distribution

Copyright BlazeThemes. 2023

Update cookies preferences